Beli Rumah vs Beli Apartemen: Mana yang Lebih Untung untuk Investasi di Indonesia?

Dipublikasikan pada 2025-06-08

Pendahuluan: Dilema Investor dan Pembeli Properti Pertama

Dalam dunia properti, satu pertanyaan klasik yang sering muncul adalah:

β€œLebih baik beli rumah atau apartemen untuk investasi?”

Pertanyaan ini bukan sekadar soal selera, melainkan soal strategi finansial. Di tengah keterbatasan lahan dan harga properti yang terus naik, memilih antara rumah tapak dan apartemen menjadi langkah krusial untuk menentukan arah investasi properti jangka panjang.

Artikel ini akan membandingkan kedua pilihan tersebut secara menyeluruh: harga, potensi sewa, biaya operasional, kenaikan nilai aset, hingga likuiditas. Siap menentukan pilihan yang paling menguntungkan untuk Anda?

1. Harga dan Aksesibilitas

🏠 Rumah Tapak

Rumah tapak umumnya lebih mahal secara total (karena luas tanah dan bangunan), tapi Anda memiliki tanah, yang nilainya terus meningkat.

Harga rumah subsidi: mulai dari Rp 150–250 juta

Rumah komersial: Rp 300 juta – miliaran, tergantung lokasi

Biaya tambahan: PBB, listrik, air, dan perawatan

🏒 Apartemen

Apartemen memiliki harga awal yang lebih terjangkau (terutama tipe studio), cocok untuk pemilik modal terbatas.

Harga apartemen: mulai dari Rp 200 juta (tipe studio)

Biaya tambahan: IPL (iuran pengelolaan lingkungan), parkir, asuransi, dan air listrik

βœ… Kesimpulan:

Untuk pemula, apartemen lebih mudah diakses, tapi rumah tapak memberi nilai tanah yang berharga dalam jangka panjang.

2. Potensi Sewa dan Pasif Income

Rumah

Cocok disewakan untuk keluarga, tahunan

Sewa stabil, potensi naik tahunan

Mudah dimodifikasi (tambah kamar, bangun lantai)

Apartemen

Cocok untuk ekspatriat, mahasiswa, atau profesional muda

Sewa harian/bulanan melalui Airbnb atau platform sewa jangka pendek

Furnished = nilai sewa lebih tinggi

Simulasi sederhana:

Rumah disewa Rp 2,5 juta/bulan x 12 = Rp 30 juta/tahun

Apartemen studio disewa Rp 250 ribu/hari x 20 hari/bulan = Rp 60 juta/tahun

βœ… Kesimpulan:

Apartemen unggul untuk passive income jangka pendek, terutama jika dikelola aktif (Airbnb), tapi rumah unggul untuk jangka panjang dan stabilitas penyewa.

3. Kenaikan Nilai Aset (Capital Gain)

Rumah

Harga tanah terus naik, terutama di lokasi berkembang

Rumah tapak punya nilai residu tinggi

Mudah direnovasi untuk menaikkan harga jual

Apartemen

Nilai unit apartemen cenderung stagnan setelah 5–10 tahun

Tergantung demand lokasi, usia bangunan, dan kondisi

Data pasar menunjukkan:

Harga tanah meningkat 10–15% per tahun di Jabodetabek

Harga apartemen bisa stagnan atau naik hanya Β±5%/tahun, tergantung lokasi

βœ… Kesimpulan:

Jika Anda ingin capital gain, rumah tapak jauh lebih unggul karena nilai tanah tidak bisa digantikan.

4. Biaya Perawatan & Operasional

Rumah

Perawatan ditanggung penuh oleh pemilik

Bebas biaya IPL, tapi rawan kerusakan jika tidak dihuni

Apartemen

Ada biaya IPL bulanan (Rp 5.000–15.000/mΒ²)

Perawatan gedung dikelola manajemen

Akses terbatas untuk renovasi

βœ… Kesimpulan:

Apartemen lebih praktis dalam hal perawatan (terutama untuk investor pasif), tapi biaya IPL bisa menggerus margin sewa.

5. Likuiditas dan Kemudahan Jual

Rumah

Butuh waktu lebih lama untuk dijual

Harga tinggi, pembeli terbatas

Tapi lebih mudah dijual dalam kondisi apapun

Apartemen

Harga lebih terjangkau β†’ pasar lebih luas

Tapi lebih kompetitif karena banyak unit serupa

Tergantung reputasi developer dan usia bangunan

βœ… Kesimpulan:

Apartemen lebih likuid dalam jangka pendek, tetapi rumah lebih aman sebagai aset jangka panjang.

6. Status Kepemilikan

Rumah

Sertifikat Hak Milik (SHM) β†’ kepemilikan penuh

Bisa diwariskan, dijual, digadaikan, dibangun ulang

Apartemen

Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (SHM Sarusun)

Hanya berlaku selama bangunan masih layak huni

Keterbatasan modifikasi & pengembangan

βœ… Kesimpulan:

Rumah tapak memberi Anda kepemilikan penuh dan fleksibilitas, sedangkan apartemen memiliki jangka hidup yang terbatas (usia bangunan).

Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?

Kriteria Rumah Apartemen

Modal awal Medium hingga tinggi Rendah hingga medium

Potensi sewa Stabil, tahunan Tinggi, bulanan/harian

Capital gain Tinggi (nilai tanah) Rendah–sedang

Perawatan Mandiri Dikelola

Biaya tambahan PBB IPL, parkir

Likuiditas Lebih lambat Lebih cepat

Legalitas SHM penuh SHM Sarusun

Simulasi Investasi: Rumah vs Apartemen

Simulasi A: Rumah Kontrakan

Lokasi: Depok

Harga beli: Rp 500 juta

Sewa tahunan: Rp 30 juta

ROI: 6%/tahun

Capital gain tanah: Β±10%/tahun

Simulasi B: Apartemen Studio

Lokasi: Jakarta Pusat

Harga beli: Rp 350 juta

Sewa bulanan (Airbnb): Rp 4 juta x 10 bulan = Rp 40 juta

Biaya IPL: Rp 500 ribu x 12 = Rp 6 juta

ROI bersih: Β±9,7%/tahun

Capital gain unit: Β±3–5%/tahun

Hasil:

Rumah unggul untuk pertumbuhan nilai jangka panjang

Apartemen unggul untuk cashflow cepat

Kesimpulan: Rumah atau Apartemen, Sesuaikan dengan Tujuan Anda

Tidak ada jawaban mutlak antara rumah atau apartemen. Yang perlu Anda pahami adalah tujuan investasi Anda:

🎯 Ingin passive income cepat? β†’ Apartemen strategis, sewa harian

🎯 Ingin aset berkembang jangka panjang? β†’ Rumah tapak di lokasi berkembang

🎯 Ingin fleksibel dan bisa diwariskan? β†’ Pilih rumah SHM

🎯 Modal terbatas tapi ingin mulai sekarang? β†’ Apartemen studio

Yang paling penting, lakukan:

Riset lokasi

Perhitungan ROI

Cek legalitas dan dokumen

Simulasi cicilan (jika KPR)

Mulailah dari yang Anda mampu, lalu biarkan properti Anda bekerja menghasilkan uang untuk Anda.

➑️ Artikel Selanjutnya: Panduan Lengkap Membeli Rumah Subsidi: Solusi Milenial Punya Properti Pertama